Jumat, 28 November 2014
...
ada rasa yang lebih terhormat dalam diam | diadukan dengan sujud dan ruku di penghujung malam
layaknya malam dilebihkan atas siang dengan kesunyian | maka sendiri lebih baik dari bersama bila itu menjaga kemuliaan
diam bukan berarti tanpa usaha| tak bersama bukan berarti tak suka | adakalanya penting menahan rasa | daripada sebabkan yang lain luka
waktu yang ada jadikan persiapan, masa yang ada jadikan kepantasan | latih raga agar dapat memampukan, latih jiwa agar mampu menentramkan
bukan 'bersama siapa' yang jadi penyebab cinta | tapi 'karena siapa' itu yang menghasilkan cinta
bila itu karena Allah dia cinta, dan bukan hanya karena syahwat | maka dia tiada akan menista, tiada pernah dia khianat
sendiri karena menetapi kesucian dan ketaatan | lebih baik daripada berkumpul untuk kemaksiatan
Rabu, 26 November 2014
Hati yang Ku Rindu
Ada hati yang slalu ku rindu,
Ia yang hangat senyumnya,
yang erat genggam dan dekapnya,
yang sabar namun tegas sikapnya,
yang menggadaikan hidupnya untuk keluarganya,
yang dengan Cinta Ia mendidik dan membesarkan anak-anaknya,
yang dengan Kasih Sayang Ia menegur buah hatinya,
Ia yang hangat senyumnya,
yang erat genggam dan dekapnya,
yang sabar namun tegas sikapnya,
yang menggadaikan hidupnya untuk keluarganya,
yang dengan Cinta Ia mendidik dan membesarkan anak-anaknya,
yang dengan Kasih Sayang Ia menegur buah hatinya,
Allah saja.. :)
Benar benar hanya Allah yang bisa membolak-balikkan hati manusia, maka seharusnya hanya ke Allah kita meminta untuk meneguhkan hati ini, menenangkan hati ini..
hari ini, terasa begitu lega sekali hati, ketika hati sudah menyerahkan segala urusannya kepada Allah.., bergantung hasil hanya padaNYA.
memang seharusnya begitu, hmmm... jadi bingung sendiri gimana ngungkapinnya, hheehee..
maaf ya pembaca yang budiman, jika terkesan blog ini banyak curcolnya dari pada share ilmunya, karna ilmu si penulis masih terbatas, dan lagi tujuan utama pembuatan blog ini adalah memang untuk wadah menyalurkan smua unek-unek di hati.
#Peace :)
hari ini, terasa begitu lega sekali hati, ketika hati sudah menyerahkan segala urusannya kepada Allah.., bergantung hasil hanya padaNYA.
memang seharusnya begitu, hmmm... jadi bingung sendiri gimana ngungkapinnya, hheehee..
maaf ya pembaca yang budiman, jika terkesan blog ini banyak curcolnya dari pada share ilmunya, karna ilmu si penulis masih terbatas, dan lagi tujuan utama pembuatan blog ini adalah memang untuk wadah menyalurkan smua unek-unek di hati.
#Peace :)
Kamis, 13 November 2014
Allah. Izinkan Aku Kembali
Untuk saat ini, tak penting bagiku siapa Ia kelak...
Tapi menjadi wajib bagiku menjemputnya dengan taat .. (Galuh DL)
Belakangan ini, Allah kerap kali membolak balikkan hati..
ada yang bilang, usia segini rawan-rawannya "galau"..
Astagfirullah..
sudah seberapa jauh hati ini lepas dari koridornya? kenapa ISTIQOMAH itu sulit sekali penerapannya? kenapa Hati ini justru lunak kini? kemana Galuh yang dulu bgitu kuat dan tegar..
Betapa Allah mengetahui titik kelemahan hamba-hambanya, diri yang dulu tak bisa digoyah justru kini rapuh.
niat memperbaiki diripun kadang goyah karna niatan lain.. Subhanallah..
ampuni diri ini Ya Allah.
membuka kembali catatan-catatanku di blog ini membuat hati ini tertampar justru dengan tulisanku sendiri, tulisan yang aku tulis 2 tahun silam,setapakah kini semuanya begitu rapuh..
Iman ini, kan ku rajut kembali..
3 Bulan Penuh Makna
SMK 5 Jember, tempat PPL selama 3 bulan terakhir ini. hmmmmm... banyak hal lucu, banyak hal berkesan. tak menyangka yang awalnya aku meminta agar Allah memberikan kelas yang mayoritas perempuan namun Allah justru memberikan sebaliknya, Allah amanahkan kelas yang 80%nya adalah laki-laki. Dengan keSUPERan mereka yang luar biasa. kerap kali 30 menit saja dalamkelas sudah membuat suara ini habis. hhehee..
menjadi rangkaian kisah yang nanti akan slalu dikenang. TPI 1 yang Aktiv dan TPI 2 yang super manja..
ih kalian.
tinggal sepekan lagi kebersamaan ini, semoga kelak bisa berjumpa lagi di lain waktu.
trimakasih sudah memberikan bnyak pelajaran berharga, bagaimana menjadi guru yang bisa mengayomi siswa-siswanya..
Nice
:)
Saat diskusi kelompok |
"Kisah Cinta Anis Matta dan Gadis Hongaria" | PART I, II, dan III
Menarik sekali kisah Cinta seorang tokoh terkenal ini, ANISMATTA. membuka wawasan tentang sebuah "takdir", "pengorbanan", "ketulusan", dan "pasrah"...
bersumber dari Twit @Fahrihamzah yang ditulis ulang di http://www.pkspiyungan.org/2013/12/kisah-cinta-anis-matta-dan-gadis_29.html
berikut ini saya gabungkan semua Serinya, Part I, II, dan III..
selamat membaca :)
by. @Fahrihamzah
1. Jadi ingin cerita kisah pertemuan @anismatta dengan isterinya szilvia fabula sebab saya yg jumpa pertama.
2. Itu pertemuan tanpa sengaja...hari tetakhir kunjungan kami (di Budapest, ibukota Hongaria -ed) ..mencari oleh2 buat keluarga...keluar masuk toko suvenir.
3. Kami mencari dan agak sulit karena mereka jarang yang berbahasa inggris. Saya ketemu satu (toko). Ada 3 gadis dalam toko itu.
4. Dua gadis penjaga tak terlalu mengerti. .saya mencari kaos oblong...motif yang "historis"...tentang Budapest.
bersumber dari Twit @Fahrihamzah yang ditulis ulang di http://www.pkspiyungan.org/2013/12/kisah-cinta-anis-matta-dan-gadis_29.html
berikut ini saya gabungkan semua Serinya, Part I, II, dan III..
selamat membaca :)
by. @Fahrihamzah
1. Jadi ingin cerita kisah pertemuan @anismatta dengan isterinya szilvia fabula sebab saya yg jumpa pertama.
2. Itu pertemuan tanpa sengaja...hari tetakhir kunjungan kami (di Budapest, ibukota Hongaria -ed) ..mencari oleh2 buat keluarga...keluar masuk toko suvenir.
3. Kami mencari dan agak sulit karena mereka jarang yang berbahasa inggris. Saya ketemu satu (toko). Ada 3 gadis dalam toko itu.
4. Dua gadis penjaga tak terlalu mengerti. .saya mencari kaos oblong...motif yang "historis"...tentang Budapest.
Kamis, 06 November 2014
"Wanita Itu Lebih Mulia Dari Dirimu"
Wanita shalihah itu mendatangi manusia
paling mulia di dunia dan akhirat, Muhammad bin Abdullah. Seketika
setalah bersua, sang wanita berujar tegas. Mungkin, mengagetkan bagi
kita yang hidup di akhir zaman ini. Tapi bagi generasi terbaik itu,
ujaran sang wanita adalah kehormatan. Ialah pertanda kemuliaan.
Namun, kisah ini semoga menjadi pelajaran. Sebab kisah, bukan untuk
dikenang. Ia ada untuk diteladani. Ah, apakah ada muslimah yang makin
tergerak untuk menawarkan dirinya kepada lelaki shalih? Jika ada, doa
kami ada untuk kalian, “Barakallahu lakuma wa baraka ‘alaikuma wa jama’a bainakumaa fii khair.”
“Ya Rasulullah, aku menawarkan diri kepadamu.” Demikian tulis Ibnu
katsir dalam tafsirnya, “Nikahilah aku.” Lanjut sang imam saat
menuturkan riwayat shahih ini dalam rangkaian tafsir surah al-Ahzab.
Adalah sebuah syariat yang dibolehkan, ketika wanita menwarkan dirinya
kepada seorang laki-laki shalih. Apalagi kepada Rasulullah Saw. Dimana
dahulu, Rasulullah Saw dibolehkan oleh Allah Swt menikahi siapa saja
yang menawarkan diri kepadanya, tanpa harus memberikan mahar. Kemudian,
syariat ini dihapuskan untuk beliau.
Andai, ini dibolehkan untuk kita, umatnya, bisa jadi kerusakan akan
terjadi dimana-mana. Tapi sariat-Nya adalah Mahabenar. Sebab kata Ibnu
Abbas, “Tidak ada satu pun wanita yang diterima oleh Rasulullah ketika
ia menawarkan dirinya sebagai hibah bagi sang junjungan.”
Maka ketika itu, Sang Nabi terdiam agak lama. Disebutkan oleh Ibnu
Katsir, “Beliau berdiri seraya termenung. Cukup lama.” Hingga
bersuaralah seorang sahabat yang saat itu tengah berada di tempat
kejadian. “Wahai, Sang Nabi,” ujar sang sahabat, agak malu, “Jika engkau
tak berkenan, nikahkan saja dia denganku.” Demikian hadits yang
dirawikan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
Merespon seksama ajuan diri sahabatnya, manusia junjungan itu mengajukan
tanya, “Apa yang kau miliki untuk dijadikan mahar baginya?” Riwayat ini
kuat adanya. Sebab didukung pula oleh imam Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i
dan Ibnu Majah.
Ia yang menawarkan diri menjadi suami dari wanita mulia itu menjawab,
teduh, “Aku hanya memiliki kain sarung ini, wahai Junjungan Allah.”
Aduhai, apakah kita tidak malu menyeksamai kalimat ini? Ketika saat ini,
banyak di antara kita yang menunda ibadah mulia ini. Mereka menunda
bukan karena hanya memiliki sarung. Mereka beralasan karena belum punya
rumah, belum menaiki mobil pribadi, dan capaian-capaian duniawi lainnya.
Memanglah, kita dan mereka memiliki jarak yang amat jauh. Mungkin, lebih
jauh di banding jarak langit ke tujuh dengan bumi ke tujuh.
“Jika kau berikan sarung itu, maka dirimu tak lagi memiliki apa-apa,”
jelas sang nabi. Bukan sebuah cegahan. Tapi anjuran. Sebab selanjutnya,
beliau mengusulkan, “Carilah sesuatu yang lain agar bisa kau jadikan
mahar baginya.”
Maka berupayalah sang sahabat yang mulia keberaniannya itu. Semua upaya
dilakukan, usaha maksimal didayungkan. Hingga kemudian, ia kembali.
Memang, tak membawa benda apa pun. Tapi, semangatnya tak berkurang
barang sedikit pun. Katanya, tetap bersemangat, “Aku tidak menemukan
apa-apa, wahai manusia mulia.”
Aduhai, inilah pengajaran yang hendak Allah swt berikan. Dia tak menilai
hasil semata. Niat lurus dan upaya sungguh-sungguh, akan tunai
diganjar-Nya. “Carilah benda lain,” demikian titah Sang Nabi. Yang
diperintah menurut. Sebelum pergi, Rasulullah memberi kriteria, “meski
hanya cincin yang terbuat dari besi.”
Mungkin kita akan berpikir, justru cincin dari besi ini sulit dicari.
Sertamerta kita akan beranggapan, “Memangnya di zaman nabi sudah ada
pandai besi?” Tentu, bukan tempatnya kita membahasa sejarah pandai
besi. Sebab peralatan perang sang Nabi dan sahabatnya juga banyak yang
terbuat dari besi sebagai bahan dasarnya.
Maka, cincin yang terbuat dari besi hanyalah sebuah kiasan paling
sederhana, tak berharga dan apa adanya tentang definisi mahar. Ialah
sebuah kewajiban bagi laki-laki untuk siapa saja yang hendak
dinikahinya.
Ia kembali. Lagi, tanpa hasil. Tapi tekadnya belum surut. Pantanglah ia
pulang sebelum niatnya terlaksana, “Wahai kekasih Allah, aku sudah
mencarinya. Tapi, aku tak mendapatkan apa pun.” Maka sang Nabi kembali
bertanya. Inilah panduan yang amat berharga kepada kita. Bahwa, ketika
tak memiliki apa pun, masih ada sesuatu yang bisa dijadikan mahar;
ketika niat menikah sudah lurus karena menapaki sunnanya.
“Apakah kamu memiliki hapalan al-Qur’an?” Demikian Sang Nabi melontarkan
tanya. Tanya ini menerbitkan harap, bagi sang sahabat yang mengajukan
diri hendak menikah itu. Disergaplah pertanyaan itu dengan sebuah jawab,
“Aku hapal surah ini dan itu.”
Mahasuci Allah. Lantaran hapalan yang dimiliki, maka mahar bagi sang
wanita shalihah tercukupi. Kemudian, Sang Nabi bersabda, "Sesungguhnya
aku telah menikahkan kalian berdua dengan mahar hapalan al-Qur`an yang
kamu miliki.”
Barakallahu lakuma wa baraka ‘alaikuma wa jama’a bainakumaa fii khair.
Tersebutlah dalam riwayat selepasnya, dari bunda kita, ‘Aisyah yang
mulia, “Wanita yang menawarkan diri tersebut adalah Khaulah binti
Hakim.” Siapakah ia? Lanjut ananda Abu Bakar ash-Shidiq ini, “Ia adalah
seorang sahabiyah yang shalihah.”
Semudah itulah pernikahan dalam Islam. Banyak hikmah, sejuta ibrah dan
sarat pelajaran yang bisa kita petik. Tentu, Sang Nabi ingin memberikan
pelajaran amat berharga kepada kita, seluruh umatnya.
Maka kisah ini, adalah satu kasus dimana kita disaran-anjurkan untuk
memudahkan pernikahan. Mulai dari menawarkan diri bagi seorang wanita,
karena itu adalah kehormatan nan memuliakan. Kemudian semangat menyambut
kebaikan dari seorang muslim ketika ada peluang amal. Dan, sikap
memudahkan bagi mereka yang menjadi wali atau pihak yang memiliki
otoritas.
Anas bin Malik, ketika itu tengah duduk bersama anak perempuannya.
Dikisahkanlah cerita ini kepada seorang sahabatnya. Mendengarnya, anak
perempuan Anas berkomentar, “Alangkah sedikitnya rasa malu wanita ini?”
Sertamerta, sang Ayah menkuruskan komentar anaknya yang belum banyak
tahu itu, “Nak,” kata Anas lembut, “wanita itu lebih mulia dari dirimu.”
Sebab, “Ia menginginkan hidup bersama nabi. Sampai-sampai dia
menawarkan dirinya.”
Ah, mungkin kisah ini terlalu utopis bagi kita. Mana ada mereka yang
rela menawarkan dirinya? Bahkan, ada banyak yang menolak saat dilamar.
Meski, pelamar adalah ia yang nyata shalihnya.
Langganan:
Postingan (Atom)